SOLUSI MEMUTIHKAN GIGI DENGAN BLEACHING
Jumat, 19 Juni 2009
Penampilan sangat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Kondisi fisik yang berhubungan dengan kecantikan estetik sangatlah mendukung performa seseorang. Sebagai contoh, kadang orang merasa minder untuk berkomunikasi dengan orang lain karena mempunyai warna gigi yang gelap atau seseorang yang jarang tersenyum karena merasa giginya kuning. Mungkin segala merk pasta gigi sudah dicoba untuk mengatasi hal tersebut, namun tidak merubah warna gigi menjadi lebih baik. Kondisi tersebut tentunya biasa diatasi dengan berkembangnya teknologi seperti sekarang ini. Terdapat sebuah metode dalam bidang kedokteran gigi untuk memutihkan gigi yaitu bleaching. Bleaching merupakan proses pemutihan gigi menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan diantaranya hydrogen peroksid, asam hidroklorik, sodium perborat dan karbamid peroksid. Metode perawatan bleaching ada 2 macam yaitu secara ektrakoronal (untuk gigi vital) dan intrakoronal (untuk gigi non vital).
Bleaching ekstrakoronal (gigi vital):
- walking bleach
- mouthguard
bleaching intrakoronal (gigi nonvital):
- termokatalitik
- walking bleach
- kombinasi 2 di atas
I. BLEACHING NON VITAL
Pemutihan intrakoronal dilakukan pada gigi non vital yang mengalami perubahan warna dan telah dirawat saluran akarnya. Pemutihan gigi secara intrakoronal merupakan teknik memasukkan larutan pemutih ke dalam saluran akar.
Indikasi :
- gigi non vital dengan karies luas
- gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak baik
indikasi :
- gigi dengan anatomi baik
- gigi yang mempunyai posisi harmonis dengan gigi geligi lainnya dalam lengkung rahang.
Bahan yang digunakan adalah reduktor dan oksidator. Bahan oksidator yang sering digunakan adalah sodium perborate. Prinsipnya mengubah proses reduksi oksidasi pada struktur gigi menggunakan oksidator sehingga lapisan yang mengalami pewarnaan menjadi lebih terang dan estetis.
Teknik termokatalitik adalah teknik yang paling lama digunakan yaitu dengan menempatkan kapas yang dibasahi H2O2 35 % (superoxol) pada kamar pulpa dan diberi pemanasan. Pemanasan bisa diperoleh dari photo-flood lamp dengan sinar halogen atau dengan instrument stainless steel yang dipanaskan. Panas tersebut bertindak sebagai katalisator untuk mempercepat reduksi-oksidasi. Namun material Superoxol merupakan bahan yang tidak dianjurkan lagi oleh ADA (American Dental Association) karena dapat menyebabkan gigi menjadi sensitive.
Berikut adalah prosedur klinik teknik termokatalitik :
1) Pembuatan foto periapikal untuk mengetahiu kondisi akar pasca perawatan saluran akar
2) Gigi dibrsihkan dengan pumis
3) Gigi diisolasi dengan rubber dam
4) Bahan pengisi saluran akar dibuang dengan bor sampai dentinogingival junction.
5) Aplikasikan 1 mm semen seng fosfat atau GIC diatas Gutta percha.
6) Dentin dipreparasi dengan bor bundar.
7) Kamar pulpa dietsa dengan asam fosfor 37 % sampai dengan 60 detk kemudian cuci dan keringkan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermuah penetrasi campuran asam perborat.
8) Campur air suling dengan sodium perborat menjadi pasta.
9) Dilakukan penambalan sementara dengan GIC.
10) Proses diulang dalam waktu satu minggu sampai mendapatkan warna yang diinginkan.
11) Aplikasikan kalsium hidroksid ke dalam kamar pulpa selama 2 minggu. Tutup kembali dengan GIC
12) Gigi direstorasi dengan resin komposit.
Pada dasarnya teknik Walkng Bleach sama dengan teknik termokatalitik. Letak perbedaanya terdapat pada proses pemanasan. Dimana pada teknik walking bleach tidak diperlukan teknik pemanasan. Campuran sodium perborat dan superoxol ditinggalkan dalam kamar pulpa selama seminggu dan diamati perubahan warna yang terjadi. Ulangi sampai didapat warna yang diinginkan.
Teknik kombinasi adalah teknik yang menggabungkan termokatalitik dan walking bleach secara bergantian sehingga hasilnya lebih cepat dan memuaskan. Prosedur klinisnya adalah :
1) Preparasi barrier
2) Pembersihan akses kavitas dilakukan secara hati-hati, bila dinding labial tebal sedangkan perubahan warna gelap, boleh sedikit diambil dari bagian dalam kemudian dilakukan bleaching.
3) Penentuan warna
4) Instruksi home bleaching
5) Penilaian kembali warna dan hasil bleaching
6) Sealing (penutupan) akses kavitas.
7) Dilakukan penilaian ulang warna secara keseluruhan setelah kavitas ditutup.
II. BLEACHING VITAL
Bleaching vital atau ekstrakoronal adalah bleaching yang dilakukan pada gigi yang masih vital. Teknik ini menggunakan hydrogen peroksida yang dilanjutkan dengan pemanasan.
Indikasi :
- gigi vital pada pewarnaan tetrasiklin ringan
- gigi dengan saluran akar yang telah tertutup
- flourosis ringan
kontraindikasi :
- gigi vital dengan kondisi ruang pulpa besar sehingga mempunyai kecenderungan menjadi sensitive
- saluran akar yang masih terbuka
- adanya pengikisan email
- restorasi yang luas
- alergi hydrogen peroksida
bleaching vital lebih sulit dibandingkan gigi nonvital karena pasien masih merasakan perubahan suhu yang terjadi. Oleh karena itu harus dikerjaka dengan hati-jati dan ketrampilan operator yang tinggi.
Prosedur klinisnya adalah :
1) pembuatan foto periapikal dan tes vitalitas gigi
2) gigi dibersihkan dengan pumis dan air untuk menghilangkan pewarnaan ekstrinsik
3) gingival bagian bukal dan palatal dilapisi gel untuk perlindungan.
4) Gigi diisolasi dengan rubber dam
5) Clamp rubber dam dilapisi kasa untuk mencegah akibat pemanasan
6) Permukaan labial dan palatal dietsa dengan asam fosfor 37 % selama 60 detik kemudian cuci dan keringkan. Kasa direndam dalam hydrogen peroksid 35% kemudian diaplikasikan ke gigi yang akan dilakukan bleaching.
7) Photo flood lamp diberi jarak 33-38 cm dari gigi pasien.
8) Kasa dibiarkan dan diaplikasikan hydrogen perokdid 35% diulang setipa 3-5 menit menggunakan cotton bud atau alat bantu lainnya.
9) Setelah 30 menit, rubber dam dibuka, gel dibersihkan dan gigi dipoles. Aplikasikan fluor 2-3 menit.
10) Pembuatan foto berwarna setelah prosesbleaching selesai sebagai dokumentasi.
informasi selengkapnya silakan datang ke dokter gigi untuk konsultasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar