Jumat, 27 Januari 2012

6 Makanan yang Memutihkan Gigi

Oleh Lika Aprilia Samiadi
Semua pasti ingin memiliki gigi putih cemerlang, namun tak semua punya uang untuk memutihkan gigi di dokter atau dengan cairan pemutih gigi yang mengandung efek samping. Padahal gigi putih bersinar juga bisa didapatkan dengan mengonsumi lima makanan berikut ini.

1. Stroberi
Buah cantik ini memproduksi enzim malic acid yang membantu memutihkan gigi. Selain dengan langsung memakannya, stroberi bisa dimanfaatkan untuk memutihkan gigi dengan cara dihaluskan, digosokkan ke gigi, diamkan selama lima menit lalu bilas dan gosok gigi seperti biasa.

2. Buah-buahan dan sayuran yang renyah
Contoh terbaik adalah apel, seledri, dan wortel. Menggigit dan mengunyah buah dan sayuran seperti ini akan membantu membersihkan plak, "menggosok" gigi agar lebih putih bersinar, dan meningkatkan produksi air liur yang baik bagi kesehatan mulut.

3. Keju
Keju dan bahan olahan susu lainnya seperti yoghurt mengandung lactic acid yang berfungsi melindungi gigi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengonsumsi yoghurt empat kali seminggu lebih terlindung dari pembusukan gigi dibanding anak-anak yang tak minum yoghurt. Sedangkan untuk memutihkan gigi, keju adalah pilihan yang baik karena selain melindungi gigi dari kebusukan, keju juga mengandung kalsium dan fosfor yang berguna dalam pembentukan enamel gigi.

4. Jeruk dan nanas
Saat mengonsumsi jeruk, nanas, dan buah-buahan asam lainnya, mulut memproduksi air liur lebih banyak, yang membantu membersihkan gigi secara alami.

5. Baking soda
Sebuah penelitian tahun 2008 menemukan bahwa pasta gigi yang mengandung baking soda berfungsi lebih baik dalam membersihkan plak. Anda bisa saja menggunakan baking soda langsung untuk membersihkan gigi, namun para dokter menyarankan agar hal ini tak dilakukan terlalu sering karena bisa mengikis enamel gigi. Pilihan paling aman adalah menggunakan pasta gigi yang mengandung baking soda.

6. Permen karet yang mengandung xylitol
Xylitol adalah pemanis alami yang dapat mencegah plak. Xylitol juga menetralkan tingkat keasaman di dalam mulut dan meningkatkan produksi air liur untuk membersihkan gigi.

Minggu, 22 Januari 2012

kebiasaan buruk yang mempengaruhi kesehatan gigi

Kebiasaan Buruk yang Memengaruhi Kesehatan Gigi

Tanpa disadari, kadang kita punya beberapa kebiasaan buruk yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut secara umum, maupun spesifik. Menghilangkan kebiasaan buruk ini bukan hal yang mudah, tapi dapat dilakukan bila diniatkan dan punya kemauan ke arah yang lebih baik. Ini dia kebiasaan buruk yang dimaksud:

●    Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang paling buruk dan bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang, baik terhadap kesehatan gigi maupun rongga mulut. Merokok juga dapat menyebabkan noda pada gigi dan bau mulut. Efek jangka panjangnya, merokok dapat meningkatkan penyakit gusi serta memperlambat proses penyembuhan.

●    ‘Bruxism’
Kebiasaan menggesek-gesekkan gigi antara gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah, atau bruxism, biasanya terjadi secara tidak sadar ketika stres. Beberapa orang juga mengalaminya di saat tidur. Kebiasaan ini dapat membuat enamel permukaan gigi menjadi tipis, bahkan menimbulkan keretakan pada struktur gigi, serta merusak tambalan.

●    Mengunyah makanan pada satu sisi

Beberapa orang mempunyai kebiasaan mengunyah makanan pada salah satu sisi saja. Kebiasaan ini umumnya disebabkan nyeri atau sakit pada salah satu gigi di sisi tertentu. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah serius atau kelainan pada sendi rahang.

●    Menggigit benda keras

Kebiasaan ini biasanya merupakan penyaluran dari stres atau banyak pikiran. “Korban” gigitan biasanya pensil, pulpen, kuku, remote TV, atau benda-benda keras lainnya. hal ini dapat membuat permukaan gigi menjadi terkikis, bahkan keretakan pada struktur gigi.

●    Menjadikan gigi sebagai gunting atau pembuka botol

Pernah lihat iklan pasta gigi di layar TV yang memperlihatkan orang-orang menggunakan gigi untuk membuka tutup botol, menyobek kemasan makanan, memotong label baju baru? Tugas berat semacam ini tidak pantas ditanggung oleh gigi-geligi, sebab akan merusak struktur.
Nah, demikian beberapa kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut kita bila tidak diperhatikan. Mari mulai belajar menghilangkan kebiasaan-kebiasaan tersebut bila ingin gigi kita sehat dan kuat hingga tua.

Derita sakit gigi

Derita Sakit Gigi

Sakit gigi dapat membuat hidup sengsara. Baik yang berupa nyeri berdenyut terus-menerus, atau tajam menusuk tiba-tiba ketika kita makan atau minum. Semua gejala tersebut menunjukkan, salah satu gigi kita tidak sehat seperti seharusnya.

Artinya, saatnya mengunjungi dokter gigi dan diperiksa.
Tetapi banyak orang mencoba menunda-nunda kunjungan ke dokter gigi (dengan berbagai alasan). Sebenarnya hal ini tidak bijak, sebab makin cepat penyebab sakit gigi diketahui, makin cepat pula gigi bisa dirawat.

Gigi kita dilindungi oleh permukaan luar yang keras (enamel) dan di bawahnya ada lapisan yang disebut dentin. Plak yang terbentuk pada gigi kita bereaksi dengan makanan manis sehingga menimbulkan asam — yang kemudian mengikis enamel pada gigi kita dan menyebabkan pembusukan.

Pembusukan adalah sumber utama sakit gigi. Jika gigi tidak teratur dibersihkan dari plak, maka asam yang mengikis enamel tadi lama-lama bisa menghasilkan lubang — yang bisa bertambah besar. Akhirnya, lubang tadi bisa mencapai rongga pulpa gigi bagian dalam dan menyebabkan infeksi gigi secara keseluruhan. Termasuk jaringan pendukung gigi.

Oleh karena itu, mengunjungi dokter gigi Anda amatlah penting untuk dua alasan. Pertama, agar dokter gigi Anda dapat melihat dan membersihkan plak yang menumpuk. Kedua, agar dokter gigi dapat mendeteksi lubang pada gigi sejak dini, dan menambalnya sebelum makin besar dan serius.

Sementara itu, apa yang bisa Anda lakukan untuk mencegah sakit gigi?

Membersihkan plak yang menumpukCara terbaik untuk membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi secara teratur. Anda harus menyikat gigi dua kali setiap hari (setelah makan dan sebelum tidur). Kebanyakan dokter gigi juga akan merekomendasikan bahwa Anda menggunakan dental floss secara teratur juga.

Menghindari makanan ringan dan minuman manisIni adalah jenis makanan dan minuman yang bereaksi dengan plak pada gigi Anda untuk menyebabkan asam. Dengan menghindari makanan bergula dan minuman, pembentukan lubang pada gigi pun dapat dihindari.

Ingatlah, rasa sakit adalah tanda peringatan dari tubuh kita bahwa ada yang tidak beres dalam tubuh. Ini berlaku pula untuk sakit gigi.

Tapi jangan juga menunggu hingga sakit gigi baru Anda mengunjungi dokter gigi. Kunjungilah dokter gigi Anda secara teratur (paling sedikit setiap enam bulan), supaya kesehatan gigi dan mulut Anda bisa diperiksa.

Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati?

6 Makanan yang Memutihkan Gigi

6 Makanan yang Memutihkan Gigi

Semua pasti ingin memiliki gigi putih cemerlang, namun tak semua punya uang untuk memutihkan gigi di dokter atau dengan cairan pemutih gigi yang mengandung efek samping. Padahal gigi putih bersinar juga bisa didapatkan dengan mengonsumi lima makanan berikut ini.

1. Stroberi
Buah cantik ini memproduksi enzim malic acid yang membantu memutihkan gigi. Selain dengan langsung memakannya, stroberi bisa dimanfaatkan untuk memutihkan gigi dengan cara dihaluskan, digosokkan ke gigi, diamkan selama lima menit lalu bilas dan gosok gigi seperti biasa.

2. Buah-buahan dan sayuran yang renyah
Contoh terbaik adalah apel, seledri, dan wortel. Menggigit dan mengunyah buah dan sayuran seperti ini akan membantu membersihkan plak, "menggosok" gigi agar lebih putih bersinar, dan meningkatkan produksi air liur yang baik bagi kesehatan mulut.

3. Keju
Keju dan bahan olahan susu lainnya seperti yoghurt mengandung lactic acid yang berfungsi melindungi gigi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengonsumsi yoghurt empat kali seminggu lebih terlindung dari pembusukan gigi dibanding anak-anak yang tak minum yoghurt. Sedangkan untuk memutihkan gigi, keju adalah pilihan yang baik karena selain melindungi gigi dari kebusukan, keju juga mengandung kalsium dan fosfor yang berguna dalam pembentukan enamel gigi.

4. Jeruk dan nanas
Saat mengonsumsi jeruk, nanas, dan buah-buahan asam lainnya, mulut memproduksi air liur lebih banyak, yang membantu membersihkan gigi secara alami.

5. Baking soda
Sebuah penelitian tahun 2008 menemukan bahwa pasta gigi yang mengandung baking soda berfungsi lebih baik dalam membersihkan plak. Anda bisa saja menggunakan baking soda langsung untuk membersihkan gigi, namun para dokter menyarankan agar hal ini tak dilakukan terlalu sering karena bisa mengikis enamel gigi. Pilihan paling aman adalah menggunakan pasta gigi yang mengandung baking soda.

6. Permen karet yang mengandung xylitol
Xylitol adalah pemanis alami yang dapat mencegah plak. Xylitol juga menetralkan tingkat keasaman di dalam mulut dan meningkatkan produksi air liur untuk membersihkan gigi.

Kamis, 19 Januari 2012

Beberapa macam behel/kawat gigi

Sumber ; Beberapa gambar dari google.com


ini kawat yang pemanen/cekat
yang ini lepas pasang. gag ada bracketnya, jadi cuman kayak semacam kawat. di bagian atas ada semacam langit langitnya (gue pernah pake soalnya)
behel lepas pasang yang ada bracketnya
ini yang teknologi paling baru, kawat gigi yang braketnya dipasangnya di dilem, jadi gak keliatan
yang ini bracketnya trasparant jadi gag tralu keliatan
braket. yang ditempelin di gigi dan tempat buat nyangkutin kawatnya.
karet gigi. yang atas itu yang jenisnya nyambung sedangkan yang bawah yang bulet bulet
beberapa jenis dan bentuk karet behel

SOLUSI MEMUTIHKAN GIGI DENGAN BLEACHING


SOLUSI MEMUTIHKAN GIGI DENGAN BLEACHING

Jumat, 19 Juni 2009



Penampilan sangat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Kondisi fisik yang berhubungan dengan kecantikan estetik sangatlah mendukung performa seseorang. Sebagai contoh, kadang orang merasa minder untuk berkomunikasi dengan orang lain karena mempunyai warna gigi yang gelap atau seseorang yang jarang tersenyum karena merasa giginya kuning. Mungkin segala merk pasta gigi sudah dicoba untuk mengatasi hal tersebut, namun tidak merubah warna gigi menjadi lebih baik. Kondisi tersebut tentunya biasa diatasi dengan berkembangnya teknologi seperti sekarang ini. Terdapat sebuah metode dalam bidang kedokteran gigi untuk memutihkan gigi yaitu bleaching. Bleaching merupakan proses pemutihan gigi menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan diantaranya hydrogen peroksid, asam hidroklorik, sodium perborat dan karbamid peroksid. Metode perawatan bleaching ada 2 macam yaitu secara ektrakoronal (untuk gigi vital) dan intrakoronal (untuk gigi non vital).
Bleaching ekstrakoronal (gigi vital):
- walking bleach
- mouthguard
bleaching intrakoronal (gigi nonvital):
- termokatalitik
- walking bleach
- kombinasi 2 di atas

I. BLEACHING NON VITAL
Pemutihan intrakoronal dilakukan pada gigi non vital yang mengalami perubahan warna dan telah dirawat saluran akarnya. Pemutihan gigi secara intrakoronal merupakan teknik memasukkan larutan pemutih ke dalam saluran akar.
Indikasi :
- gigi non vital dengan karies luas
- gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak baik
indikasi :
- gigi dengan anatomi baik
- gigi yang mempunyai posisi harmonis dengan gigi geligi lainnya dalam lengkung rahang.

Bahan yang digunakan adalah reduktor dan oksidator. Bahan oksidator yang sering digunakan adalah sodium perborate. Prinsipnya mengubah proses reduksi oksidasi pada struktur gigi menggunakan oksidator sehingga lapisan yang mengalami pewarnaan menjadi lebih terang dan estetis.

Teknik termokatalitik adalah teknik yang paling lama digunakan yaitu dengan menempatkan kapas yang dibasahi H2O2 35 % (superoxol) pada kamar pulpa dan diberi pemanasan. Pemanasan bisa diperoleh dari photo-flood lamp dengan sinar halogen atau dengan instrument stainless steel yang dipanaskan. Panas tersebut bertindak sebagai katalisator untuk mempercepat reduksi-oksidasi. Namun material Superoxol merupakan bahan yang tidak dianjurkan lagi oleh ADA (American Dental Association) karena dapat menyebabkan gigi menjadi sensitive.
Berikut adalah prosedur klinik teknik termokatalitik :
1) Pembuatan foto periapikal untuk mengetahiu kondisi akar pasca perawatan saluran akar
2) Gigi dibrsihkan dengan pumis
3) Gigi diisolasi dengan rubber dam
4) Bahan pengisi saluran akar dibuang dengan bor sampai dentinogingival junction.
5) Aplikasikan 1 mm semen seng fosfat atau GIC diatas Gutta percha.
6) Dentin dipreparasi dengan bor bundar.
7) Kamar pulpa dietsa dengan asam fosfor 37 % sampai dengan 60 detk kemudian cuci dan keringkan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermuah penetrasi campuran asam perborat.
8) Campur air suling dengan sodium perborat menjadi pasta.
9) Dilakukan penambalan sementara dengan GIC.
10) Proses diulang dalam waktu satu minggu sampai mendapatkan warna yang diinginkan.
11) Aplikasikan kalsium hidroksid ke dalam kamar pulpa selama 2 minggu. Tutup kembali dengan GIC
12) Gigi direstorasi dengan resin komposit.

Pada dasarnya teknik Walkng Bleach sama dengan teknik termokatalitik. Letak perbedaanya terdapat pada proses pemanasan. Dimana pada teknik walking bleach tidak diperlukan teknik pemanasan. Campuran sodium perborat dan superoxol ditinggalkan dalam kamar pulpa selama seminggu dan diamati perubahan warna yang terjadi. Ulangi sampai didapat warna yang diinginkan.

Teknik kombinasi adalah teknik yang menggabungkan termokatalitik dan walking bleach secara bergantian sehingga hasilnya lebih cepat dan memuaskan. Prosedur klinisnya adalah :
1) Preparasi barrier
2) Pembersihan akses kavitas dilakukan secara hati-hati, bila dinding labial tebal sedangkan perubahan warna gelap, boleh sedikit diambil dari bagian dalam kemudian dilakukan bleaching.
3) Penentuan warna
4) Instruksi home bleaching
5) Penilaian kembali warna dan hasil bleaching
6) Sealing (penutupan) akses kavitas.
7) Dilakukan penilaian ulang warna secara keseluruhan setelah kavitas ditutup.

II. BLEACHING VITAL
Bleaching vital atau ekstrakoronal adalah bleaching yang dilakukan pada gigi yang masih vital. Teknik ini menggunakan hydrogen peroksida yang dilanjutkan dengan pemanasan.
Indikasi :
- gigi vital pada pewarnaan tetrasiklin ringan
- gigi dengan saluran akar yang telah tertutup
- flourosis ringan
kontraindikasi :
- gigi vital dengan kondisi ruang pulpa besar sehingga mempunyai kecenderungan menjadi sensitive
- saluran akar yang masih terbuka
- adanya pengikisan email
- restorasi yang luas
- alergi hydrogen peroksida
bleaching vital lebih sulit dibandingkan gigi nonvital karena pasien masih merasakan perubahan suhu yang terjadi. Oleh karena itu harus dikerjaka dengan hati-jati dan ketrampilan operator yang tinggi.
Prosedur klinisnya adalah :
1) pembuatan foto periapikal dan tes vitalitas gigi
2) gigi dibersihkan dengan pumis dan air untuk menghilangkan pewarnaan ekstrinsik
3) gingival bagian bukal dan palatal dilapisi gel untuk perlindungan.
4) Gigi diisolasi dengan rubber dam
5) Clamp rubber dam dilapisi kasa untuk mencegah akibat pemanasan
6) Permukaan labial dan palatal dietsa dengan asam fosfor 37 % selama 60 detik kemudian cuci dan keringkan. Kasa direndam dalam hydrogen peroksid 35% kemudian diaplikasikan ke gigi yang akan dilakukan bleaching.
7) Photo flood lamp diberi jarak 33-38 cm dari gigi pasien.
8) Kasa dibiarkan dan diaplikasikan hydrogen perokdid 35% diulang setipa 3-5 menit menggunakan cotton bud atau alat bantu lainnya.
9) Setelah 30 menit, rubber dam dibuka, gel dibersihkan dan gigi dipoles. Aplikasikan fluor 2-3 menit.
10) Pembuatan foto berwarna setelah prosesbleaching selesai sebagai dokumentasi.


informasi selengkapnya silakan datang ke dokter gigi untuk konsultasi.

Rabu, 18 Januari 2012

Jurnal kesehatan gigi dan mulut

Pengaruh Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut



Pengaruh Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Gizi.net - Merokok sudah merupakan hal yang biasa kita jumpai dimana-mana di dunia. Kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial.

Banyak penelitian dilakukan dan malah disadari bahwa merokok mengganggu kesehatan tubuh. Tetapi untuk menghentikan kegiatan ini sangat sulit.

Merokok terutama dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler dan kanker, baik kanker paru-paru, oesophagus, laryng, dan rongga mulut.
Kanker di dalam rongga mulut biasanya dimulai dengan adanya iritasi dari produk-produk rokok yang dibakar dan diisap. Iritasi ini menimbulkan lesi putih yang tidak sakit.
Selain itu merokok juga dapat menimbulkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur.

Asap rokok mengandung komponen-komponen dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh. Banyaknya komponen tergantung pada tipe tembakau, temperatur pembakaran, panjang rokok, porositas kertas pembungkus, bumbu rokok serta ada tidaknya filter. Sedangkan zat-zat yang berbahaya berupa gas-gas dan partikel-partikel. Asap rokok yang kita hisap 90% mengandung berbagai gas seperti N2, O2, CO2, 10% sisanya mengandung partikel tertentu seperti ter, Nikotin dan lain-lain. Partikel dalam asap rokok yang dapat menyebabkan kanker (bersifat karsinogenik) adalah ter.

PENGARUH MEROKOK TERHADAP LIDAH

Pada perokok berat, merokok menyebabkan rangsangan pada papilafiliformis (tonjolan/juntai pada lidah bagian atas) sehingga menjadi lebih panjang (hipertropi). Disini hasil pembakaran rokok yang berwarna hitam kecoklatan mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan rasa pahit, asin, dan manis, karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa (tastebuds).

PENGARUH MEROKOK TERHADAP GUSI

Jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak daripada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak dibersihkan dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti gingivitis atau gusi berdarah. Disamping itu hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi peredaran darah ke gusi sehingga mudah terjangkit penyakit.

PENEBALAN MUKOSA AKOBAT MEROKOK

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab Leukoplakia yaitu suatu bercak putih atau plak pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus. Hal ini bisa dijumpai pada usia 30-70 tahun yang mayoritas penderitanya pria terutama yang perokok. Menurut penelitian Silverman dari semua kasus Leukoplakia 95% adalah perokok.

Iritasi yang terus menerus dari hasil pembakaran tembakau menyebabkan penebalan pada jaringan mukosa mulut. Sebelum gejala klinis terlihat, iritasi dari asap tembakau ini menyerang sel-sel epitel mukosa sehingga aktifitasnya meningkat. Gejala ini baru terlihat bila aktifitas selluler bertambah dan epitel menjadi tebal, terutama tampak pada mukosa bukal (mukosa yang menghadap pipi) dan pada dasar mulut. Perubahan mukosa mulut terlihat sebagai bercak putih. Bercak putih tersebut mungkin disebabkan karena epitel yang tebal jenuh dengan saliva (air ludah). Para ahli mengatakan bahwa leukoplakia merupakan lesi pra-ganas di dalam mulut. Perubahan leukoplakia menjadi ganas 3-6%.

NODA ATAU STAIN KARENA TEMBAKAU

Gigi dapat berubah warna karena tembakau. Pada mulanya noda ini dianggap disebabkan oleh nikotin, tetapi sebetulnya adalah hasil pembakaran tembakau yang berupa ter. Nikotin sendiri tidak berwarna dan mudah larut. Shafer dan kawan-kawan mengatakan bahwa warna coklat terjadi pada perokok biasa, sedang warna hitam terjadi pada perokok yang menggunakan pipa. Noda-noda tersebut mudah dibersihkan karena hanya terdapat di dataran luar gigi. Tetapi pada orang yang merokok selama hidupnya, noda tersebut dapat masuk ke lapisan email gigi bagian superficial dan sukar untuk dihilangkan.

Kebiasaan merokok sangat mempengaruhi kesehatan mulut terutama perubahan mukosa (selaput lendir). Kebanyakan, kanker di dalam mulut dimulai dengan perubahan mukosa. Perubahan ini tidak menimbulkan rasa sakit (lesi pra-ganas) sehingga tidak diperhatikan sampai keadaan menjadi lanjut. Oleh karena itu jika terdapat bercak putih, sedini mungkin datang ke dokter gigi.

Biasakan memeriksa gigi setiap 6 bulan sekali, meskipun tidak mengalami keluhan. Dan yang paling penting adalah kemauan yang keras untuk menghilangkan kebiasaan merokok, jika perlu konsultasi dengan dokter


oleh
Drg. Yenny Mulyawati, MS.
Subdit Gizi Klinis – Direktorat Gizi Masyarakat
Departemen Kesehatan RI.

Sabtu, 07 Januari 2012